Judul Novel : Mereka Bilang Aku Gila
Pengarang : Ken Steele dan Claire Berman
Penerbit : Qanita
Tahun Terbit : 2005
Ukuran : 11,4 X 17,1 cm
Tebal : 436 halaman
SINOPSIS
Keen Steele, seorang pemuda yang telah menghabiskan masa usia mudanya dengan tidak begitu bermakana karena penyakit yang dideritanya. Dokter keluarganya mengatakan bahwa ia menderita suatu penyakit, yaitu skizofrenia yang biasa disebut orang awam sebagai penyakit kegilaan.
Awal mula penyakitnya, Steele seperti mendengar suara-suara aneh yang berbicara kepadanya. Ia mendengar orang lain berbicara kepadanya melalu radio atau televisi, tetapi bukan suara pembawa acara atau penyiar yang ada di televisi atau radio tersebut. Ia mendengar suara-suara itu di luar pembicaraan penyiar. Steele mengira kalau ia hanya bermimpi buruk pada saat itu. Namun, lama-kelamaan suara itu nyata baginya. Tanda-tanda penyakit ini sudah mulai terlihat pada dirinya ketika dia berusia 14 tahun.
Hari demi hari suara itu semakin menguasai dirinya, tetapi ia tidak berani untuk mengatakan apa yang menimpa dirinya kepada kedua orang tuanya. Suara-suara itu selalu menyerukan agar Steele mengakhiri hidupanya. Perilaku Steele sudah mulai terlihat aneh. Pertama-tama dengan mengasingkan diri, baik dari teman-temannya atau pun keluarganya sendiri. Dia lebih suka mengurung diri di kamar dari pada harus ke luar kamar untuk berkumpul dengan keluarganya apalagi harus ke luar rumah. Hal ini dilakukannya karena ia tidak lagi merasa aman dan nyaman bila berada di tangah-tengah komunitas.
Di suatu malam, Steele kehilangan kendali, ia tidak mampu menghindari suara- suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri hingga ia pun melarikan diri dari rumah dan melakukan tindakan-tindakan yang hampir saja merenggut nyawanya, tetapi usahanya itu gagal. Melihat kelakuan Steele yang semakin aneh, orang tuanya membawanya ke dokter keluarga, dr. Sullivan. Setelah diperiksa Steele difonis menderita penyakit mental yang sanga serius, SKIZOFRENIA, penyakit yang dapat diatasi jika dirawat melalui pengabatan dan psikoterapi, disertai dengan dukungan teman dan keluarga.
Pada tahun-tahun pertama penyakitnya itu Steele masih mampu dengan mudah membedakan dunia nyata dengan dunia khayalnya. Namun, lama-kelamaan seiring dengan berjalannya waktu, Steele semakin mengalami kesulitan untuk membedakannya. Ia semakin larut dalam halusinasinya. Hubungan dengan keluarganya pun semakin memburuk. Ia sangat jarang melakukan interaksi dengan anggota keluarganya. Kini Steele tidak lagi bersekolah karena ia tidak lagi mempunyai keberanian untuk keluar rumah. Dalam pikirannya, ada banyak orang yang akan menyakitinya di luar sana. Hanya membaca dan menulislah yang tetap menjadi aktivitas satu-satunya bagi Steele untuk dedikit meredam suara-suara itu.
Usia Steele telah memasuki usia dewasa, tepatnya 17 tahun, usia yang suadah saatnya untuk mandiri dan mencari nafkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya. Akhirnya, Steele memutuskan untuk berangkat ke New York guna mencari pekerjaan. Di sana Steele dapat bekerja sebagai asisten redaksi di majalah Men’s wear. Walaupun ia sudah dapat bekerja, suara-suara itu tidak hilang begitu saja, malah semakin menghantuinya. Oleh sebab itu, ia sering melakukan kesalahan dalam pekerjaannya. Akibatnya Steele diberhentikan dari pekerjaannya itu. Peristiwa ini sangat membuatnya terpukul, sedangkan suara-suara itu semakin mendesaknya untuk melakukan bunuh diri.
Ken Steele semakin tidak menguasai dirinya hingga suatu hari ia mencoba melakukan usaha bunuh diri dengan berdiri di tepi lantai teratas gedung yang tinngi. Usahanya itu gagal setelah kawanan polosi menangkapnya dan membawanya ke Manhanttan State Hospital di Ward Island yang merupakan sebuah rumah sakit jiwa di daerah itu. Sejak saat itu, kehidupannya hanya berpindah-pindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Kehidupan di rumah sakit tidak selalu menguntungkan, malahan terkadang ia diperlakukan secara tidak manusiawi oleh para penjaga di rumah sakit tersebut. Karena itu, Steele lebih memilih melarikan diri dari rumah sakit dan berkelana di jalanan walaupun tanpa tau arah tujuan. Keluarganya tidak lagi memperdulikannya dan ia pun juga tidak mau memberitahukan keadaannya kepada orang tuanya karena ia tidak mau mengganggu kehidupan keluarganya yang dianggapnya bahagia tanpa kehadirannya.
Namun, keinginan yang kuat dari Steele untuk sembuh dan mendapatkan perawatan yang lebih efektif, menghantarkan dirinya untuk mendaftar sebagai pasien rawat jalan di Roosevelt Hospital dengan dokter yang tanpa menanyakan lagi sejarah kehidupan Steele mengenai obat-obat apa saja yang telah diberikan kepadanya dan bagaimana efeknya terhadap Steele sendiri. Karena tidak suka dengan cara dokter itu memperlakukannya Steele pun tidak pernah menebus resep yang diberikan kepadanya.
Ken Steele mencari bantuan ke tempat lain, PARK SLOPE CENTER FOR MENTAL HEALTH. Di tempat inilah ia mulai menemukan harapan barunya untuk keluar dari kemelut skizofrenia. Dr. Seiden, dokter yang sangan tertarik akan kasus penyakit yang dideritanya. Dokter ini sangat memperhatikan Steele, selalu memberikan obat ynag sesuai untuk menghilangkan halusinasinya, tentunya tanpa memberikan efek yang buruk terhadap kesehatannya. Hal ini sangat membantu proses penyembuhan skizofrenia ditambah lagi dengan lingkungan yang kondusif dan kehadiran orang-orang yang mendukungnya untuk sembuh.
Setelah begitu lama mengembara dalam dunia khayal hasil rekayasanya sendiri. Akhirnya, dengan perjuangan yang begitu berat, Keen Steele mampu keluar dari kemelut dunia skizofrenia. Sejak itu ia sering menjadi pengisi acara dalam bincang-bincang di televisi atau di radio, menceritakan pengalamannya agar tidak ada lagi pihak yang menjadi korban penyakit ini. Hanya inilah yang dapat dilakukannya menjelang akhir kehidupannya.
PEMBAHASAN
“ gila “, tentunya kata yang tidak asing lagi didengar. Tetapi, mengapa saat kita mendengar kata ini, pikiran kita langsung saja menjurus kepada hal-hal yang mengerikan, menjijikkan, kotor, menakutkan, berhubungan dengan kekerasan ,dsb. Padahal jika ditelusuri secara mendalam, ternyata persepsi yang tertanam di benak kita itu tidaklah sepenuhnya benar.
Mereka bilang aku gila, sebuah novel yang menceritakan diorama kehidupan seoarang skizofrenia yang sangat menyentuh dan mengharukan. Keen Steele, seorang pemuda yang didiagnosis dokter menderita penyakit mental akurat. Sejak itu, kehidupan yang sebenarnya tidak mampu menghampirinya. Selama 32 tahun pemuda ini terperangkap dalam dunia khayalnya sendiri. Skizofrenia, sepertinya kata yang kurang bersahabat di telinga kita. Orang awam biasa mengenal istilah ini denagn penyakit kegilaan. Skizofrenia termasuk dalam salah satu gangguan mental yang disebut psikosis. Psikosis itu sendiri adalah suatu penyakit mental yang parah, dengan ciri khas adanya disorganisasi proses pikiran, gangguan dalam emosional, disorientasi waktu, ruang dan person, halusinasi, dan ilusi disertai menurunnya minat dan dorongan.
Pada awalnya Ken Steele sering mendengar suara-suara yang mendorongnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu, khususnya bunuh diri. Ia selalu merasa bahwa suara-suara itu nyata, bahakan tanpa disadari terkadang ia pun mau memenuhi permintaan-permintaan suara-suara itu yang pada dasarnya adalah suara ciptaaannya sendiri.
Dari kisah tersebut dapat dilihat bahwa penderita penyakit ini sering berhalusinasi. Ia sangat mudah larut dalam halusinasinya sendiri. Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah di mana tidak ada stimulus sensorik yang berkaitan dengannya. Jadi penderita ini menganggap nyata hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
Hoeksama (2004) mengemukakan adanya bermacam-macam halusinasi:
1. Halusinasi pendengaran, di mana orang mendengar suara-suara, musik, dan lain-lain yang sebenarnya tidak ada. Orang dengan gangguan ini mungkin bicara balik membalas suara tersebut.
2. Halusinasi penglihatan, seringkali berbarengan dengan halusinasi pendengaran
3. Halusinasi perabaan, melibatkan perdepsi bahwa sesuatu sedang terjadi di luar tubuh seseorang
4. Halusinasi somatis, melibatkan persepsi bahwa sesuatu sedang terjadi di dalam diri seseorang.[1]
Penderita ini juga mengalami delusi (waham) yaitu suatu keyakinan yang salah terhadap apa yang terjadi. Misalnya, Ken Steele tidak mau keluar rumah, sampai-sampai ia tidak mau lagi pergi ke sekolah. Hal ini dilakukannya karena ia sangat yakin bahwa di luar sana akan ada banyak orang yang menunggu untuk menyakitinya. Perasaan seperti ini sangat menghantuinya. Ia selalu was-was terhadap apa yang akan terjadi pada dirinya. Rasa was-was itu pada dasarnya merupakan bisikan-bisikan halus dari syaitan. Mengikuti was-was sama artinya dengan melanggar fitrah asli manusia , sebab was-was berorientasi pada fitrah syaitan sehinnga terkadang untuk menghindari rasa was-was itu kita dapat melakukan sesuatu yang malah melanggar peraturan. Apabila rasa was-was ini telah menguasai jiwa manusia, maka ia akan sulit berpikir jernih dan tanpa disadari ia akan mengikuti bisikan-bisikan tersebut yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam alquran:
. Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (Thaha: 120).
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.
(Thaha: 121)
Dari firman Allah swt di atas jelaslah bahwa syaitan telah berhasil membujuk Adam dan Hawa dengan bisikan-bisikan jahatnya.
Rasulullah pun bersabda:
Kadang-kadang Syaitan itu akan selalu datang kepada seseoarang di antara kalian, lalu ia menyatakan: “siapa yang telah menciptakan ini dan menciptakan itu, hingga ia berkata pula siapa yang menciptakan Tuhanmu?”. Apabila telah sampai kepada hal itu, maka hendaklah ia memohon perlindungan Allah dan usirlah bisikan itu. (HR. Muslim dari Abu Hurairah R.A)
Tidak sepantasnyalah seorang manusia menyerahkan dirinya pada pikiran was-was da menjadi korbannya. Hendaklah ia bersandar pada iman yang aka menyelamatkannya dari kesesatan, sebagaimana Allah telah menunjukkan kepada manusia melalui firman-Nya dalam Alquran:
Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Isra:82)
Selain yang telah disebutkan, penderita juga menunjukkan gejala seperti distorsi emosi, yaitu kacaunya emosi seseorang termasuk kesulitan dan tidak mampu menikmati, bersikap masa bodoh. Seperti yang terjadi pada Ken Steele, pada suatu malam ia diajak ayahnya bicara, tetapi tidak sedikitpun ia menanggapi apa yang dikatakan ayahnya. Ia menunjukan sikap yang sangat cuek dan apatis. Karena hal itu ayahnya marah dam menyuruhnya kembali ke kamar. Padahal sebagai seorang anak, hendaknyalah mendengarkan dengan saksama dan menanggapi apa yang dikatakan orang tua ketika berbicara kepada kita. Dengan kata lain, jika kita tidak mengacuhkan apa yang mereka katakan, sama saja halnya dengan melawan keduanya. Sedangkan Allah swt telah memperingatkan kepada manusia untuk berbuat baik, menghormati, dan berbakti kepada orang tua..
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra:23)
Rasulullah juga telah menyerukan kepada umat islam untuk berbakti kepada kedua orang tuanya:
Berbaktilah kepada dua ibu-bapakmu, pasti nanti anak-anakmu akan berbuat baik (berbakti) kepadamu. (HR. Thabrani)
Keridhaan Allah swt (terhadap hamba-Nya) tergantung pada keridhaan ibu-bapaknya, dan kutuk Tuhan itu tergantung juga pada kutuk kedua ibi-bapaknya.
(HR. Turmudzi).
Gangguan emosi itu juga menyebabkan kekacauan perilaku pada penderita. Dikisahkan ketika suara-suara yang menghantui Ken Steele semakin mendesaknya untuk melakuka bunuh diri, saat itu emosi Steele tidak lagi terkendali. Tanpa berpikir panjang, ia melakukan tindakan bunuh diri. Kita tau bahwa bunuh diri merupakan perbuatan tercela, karena pada dasarnya bunuh diri itu menentang takdit Allah swt. Rasulullah bersabda:
Barangsiapa bunuh diri dengan senjata tajam, kelak dia berada di neraka jahanam selama-lamanya dengan memegang senjata tajam tersebut sambil ditusukkan ke perutnya. Barangsiapa bunuh diri dengan minum racun, kelak dia berada di neraka jahanam selama-lamanya dengan merasakan racun tersebut. Barangsiapa bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, kelak dia berada di neraka jahanam selama-lamanya dengan menjatuhkan dirinya. (HR. Muslim).
Bunuh diri menunjukan akumulasi konflik batin yang paling parah[2] dan mengindikasikan bahwa seseorang mempunyai sikap apatis dan pesimis dalam hidup. Apatis dan pesimis dianggap sebagai gangguan kepribadian karena sikap itu menafikan potensi hakiki manusiawi. Padahal kita dianjurkan untuk selalu bersikap optimis dalam hidup, karena sebagai manusia, kita mempunyai potensi-potensi yang dahsyat untuk mengembangkan diri. Allah swt telah mengatakan bahwa orang yang berputus asa (pesimis) itu termasuk orang-orang kafir dan sesat..
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". )Yusuf:87).
Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat". (Al-Hijr:56)
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, penderita ini mengalami kesulitan dalam membedakan dunia nyata dan dunia khayalnya. Dengan nyata mereka memusatkan hidup mereka pada keyakinan dan persepsi yang mereka buat sendiri, seperti mendengar suara-suara atau melihat seseorang. Namun, pada saat kesadaran mereka kembali ke dunia “nyata”, mereka berusaha untuk memerangi khayalan-khayalan itu. Salah satunya dengan cara mengonsumsi narkotika dan minuman-minuman keras. Telah diketahui bahwa narkotika dan minuman keras itu diharamkan karena dengan mengkonsumsi benda tersebut seseorang dapat kehilangan akal sehatnya (mabuk). Jika seseorang telah kehilangan akal sehatnya , maka akan mudah baginya melakukan ha-hal yang buruk. Mengkonsumsi benda-benda semacam itu bukanlah solusi dalam menghadapi masalah, malahan akan menimbulkan masalah yang baru. Sebagaimana Allah swt telah memberi petunjuk kepada umat manusia mengenai hukum dari narkotika dam minuman keras ini.
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. AL-Maaidah:90)
Sangat jelas Allah swt melarang kita untuk mengkonsumsi barang haram tersebut karena hal itu termasuk perbuatan keji yang berasal dari syaitan. Demikian juga Rasulullah mengharamkan mengkonsumsinya.
Sesuatu yang memabukkan, banyak atau sedikitnya pun haram. (HR. Nasai dan Abu Dawud)
Tiap-tiap sesuatu yang memabukkan itu adalah haram (HR. Muslim).
Skizofrenia nampaknya tidak hanya disebabkan oleh penyebab tunggal, tetapi juga disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, factor genetic, ketidakseimbangan kimiawi otak, abnormalitas struktur otak, dan abnormalitas dalam lingkungan prenatal dan keluarga.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gen yang diwarisi seseorang, sangat kuat memepengaruhi risiko seseorang mengalami skizofrenia, dalam arti kata semakin dekat hubungan genetik seseorang dengan penderita skizofrenia semakin besar kemungkinannya menderita penyakit ini juga. Untuk membuktikan hal ini telah dilakukan penelitian terhadap dua orang anak. Anak yang pertama, dilahirkan oleh orang tua skizofrenik. Anak kedua dilahirkan oleh orang tua normal, tetapi dibesarkan oleh orang tua skizofrenik. Ternyata setelah dewasa, anak yang pertamalah yang mamiliki gejala skizofrenia. Jadi, jelaslah bahwa factor genetic sangat menentukan perkara ini.
Rasulullah saw telah menyinggung pengaruh adanya factor hereditas ini dalam salah satu hadistnya:
Apabila nutfah (sperma) itu menetap dalam rahim, maka Allah swt menghadirkan antara sperma dan Nabi Adam AS pada setiap nasab (keturunan). (HR. Ibnu Majjah).
Hadist ini menerangkan bahwa beberapa sifat orang tua akan diturunkan kepada anaknya, walaupun terkadang secara fenotipe (lahiriah) sifat itu tidak tampak. Jadi tidak semua sifat yang diturunkan orang tua itu terlihat pada anak. Namun, walaupun tidak terlihat pada dasarnya sifat itu ada pada anak tersebut. Pada kasus anak yang mengalami gejala-gejala skizofrenia ini, dia mewarisi gen tersebut dan sifat iru dapat dilihat secara lahiriah. Hal ini mengindikasikan bahwa skizofrenia dipengaruhi oleh factor hereditas.
Selanjutnya, beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurontransmiter dopamine yang berlebihan di bagian tertentu otak. Neurotransmitter adalah zat kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Nah, jika neurotransmitter itu bekerja secara berlebihan tentu saja terjadi proses-proses yang tidak normal pada otak. Selain ketidakseimbangan kimiawi otak, abnormalitas struktur otak juga mempengaruhi seseorang dapat terkena penyaki ini atau tidak. Pasien skizofrenia kronis cenderung memilki ventrikel otak yang lebih besar. Mereka juga memiliki volume jaringan otak yang lebih sedikit daripada orang normal.
Dalam kasus-kasus di mana terjadi psikopatologi, akar permasalahannya terletak pada adanya kekurangan atau gangguan pada lingkungan psikosis atau hubungan dalam keluarga penderita. Misalnya, keluarga penderita menghadapi suatu stressor yang berat. Skizofrenia dapat ditimbulkan dari begitu berlimpahnya pengalaman negatif pada masa awal anak-anak antara seorang anak dengan pemberi kasih sayang terutama ibu. Terjadinya kegagalan dalam perkembangan kepribadian pada masa ini disebabkan oleh si anak tidak mendapatkan respon yang dibutuhkan, karena itu dia tidak merasakan dirinya utuh. Anak tersebut merasa dirinya tercerai-berai sehingga sang anak akan mengalami penghambatan dalam perkembangan jati dirinya. Hal ini menebabkan anak tersebut merasa terasing dengan dirinya sendiri dan tidak dapat membina kebersamaan dengan orang lain.
Orang tua, terutama ibu, tidak hanya secara genetis tetapi juga secara emosional sangat dekat dengan anak. Ibu adalah sosok pertama yang dikenal oleh sang anak ketika ia hadir ke dunia. Pada saat anak tersebut masih bayi, ia akan selalu melakukan hal-hal tertentu guna menarik perhatian ibunya. Pada saat ini sang anak sangat membutuhkan respon yang positif dari orang tuanya, terutama ibu. Sudah sepantasnyalah seorang ibu memperlakukan anaknya dengan baik, merespon setiap tingkah laku anaknya dengan positif, janganlah sampai seorang ibu bersikap tak acuh terhadap anaknya, apalagi menolak kehadiran sang anak di dunia ini.
Diriwayatkan dari Jabir bin Samrah RA, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:
Seorang yang mendidik anaknya dengan baik, lebih baik daripada bersedekah sebanyak satu sha’. (HR. Syaikhan dan Turmudzi)
Juga diriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:
Orang tua yang memberikan suatu hadiah kepada anaknya tidaklah lebih baik daripada mengasuhnya dengan baik. (HR. Tirmidzi).
Sebagai orang tua, orang yang pertama dekat dengan anak, hendaklah menyayangi anak dengan sepenuh hati, memperhatikan perkembangannya, apalagi jika sang anak memang sudah menderita skizofrenia karena penderita penyakit ini sangat membutuhkan dukungan moral. Tidak seperti yang terjadi pada Ken Steele, setelah diketahui bahwa ia menderita penyakit ini, orang tuanya tidak lebih memeperhatikannya, tetapi malah membiarkannya hidup seorang diri dengan alasan Ken Steele sudah dewasa. Orang tuanya membiarkannya pergi begitu saja tanpa perduli lagi tentang kehidupan Steele yang terombang-ambing dalam menghadapi penyakitnya.
Rasulullah sendiri menyerukan agar mencintai, mengasuh, dan merawat anak dengan baik. Rasulullah saw memeberikan contoh kepada kita bahwasannya beliau sangt mencintai Hassan dan Hussein,memberikan perhatian besar kepada keduanya, menyayanginya, sesekali menciumnya, dan sering kali menggendong keduanya. Diriwayatkan dari Anas RA, bahwasannya Rasulullah saw pernah menyuruh putrinya, Fatimah RA “panggillah kedua putraku!” kemudian Rasulullah memeluk dan mencium keduanya.[3]
Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi
Memberi perhatian, bimbingan, tuntunan, dan pendidikan yang baik kepada anak dengan harapan sang anak mempunyai akhlak yang baik pula merupakan bentuk cinta kasih orang tua kepada anaknya. Para orang tua sangat dianjurkan untuk itu karana anak adalah amanat yang tidak boleh disia-siakan dari Allah awt dan perbuatan itu termasuklah perbuatan baik yang diperintahkan dalam islam.
Apabila amanat itu telah disia-siakan, maka tunggu sajalah kehancurannya. (HR. Bukhari dan Muslim).
Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya daripada akhlak yang baik. (HR. Abu Dawud dan Turmudzi).
Betapa tidak lingkungan keluarga sangat memepengaruhi kepribadian sang anak, karena lingkungan inilah yang terdekat dengan anak. Perlakuan yang buruk terhadap sang anak, akan membentuk kepribadian yang buruk pula, sehingga sangat mudah bagi “virus” skizofrenia merasuki anak tersebut. Misalnya, orang tua sering kali marah kepada anaknya hanya karena suatu permasalahan kecil. Kemarahan orang tua tersebut akan menimbulkan kesan yang buruk pada anak. Si anak akan merasa tidak disayangi oleh orang tuanya dan bisa saja dia mencari jalan lain untuk melindungi dirinya, atau malah dia melakukan tindakan-tindakan yang dapat memancing orang tuanya marah karena si anak ingin terus diperhatikan walaupun dengan cara yang seperti itu.
Dalam islam, sikap marah termasuk penyimpangan kepribadian atau penyakit kejiwaan. Sikap ini sangat dilarang karena ketika marah berkobar maka kesadaran nurani terhalangi. Hampir semua daya positif insani tidak dapat teraktualisasi jika kemarahan muncul. Maka Rasulullah bersabda:
Bukanlah disebut kuat orang yang pandai bergulat. Sesungguhnya orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika ia marah. (HR. Al-bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Sesungguhnya marah itu bara api yang dapat membakar lambung anak Adam. Ingatlah bahwa sebaik-baik orang adalah orang yang melambatkan (menahan) amarah dan mempercepat keridhaan dan sejelek-jelek orang adalah orang yang mempercepat amarah dan memperlambat ridha. (HR. Ahmad dari Abu Sa’id Al-Khudriy).
Pertahanan diri pemarah bersifat negatif. Ia tidak segan-segan menyakiti, menyiksa, atau membunuh orang lain dan kemarahan itu muncul akibat bisikan dan campur tangan syaitan. Sesuai dengan sabda Rasul:
Sesungguhnya kemarahan itu berasal ari syaitan, dan sesungguhnya syaitan itu telah diciptakan dari api, dan api hanya dapat dipadamkan dengan air, maka apabila dari kalian marah, maka hendaklah dia berwudhu. (HR. Abu daud dari Athiyah bin Urwah Sa’di Ash-shahabi).
Penderita skizofrenia ternyata lebih banyak menjadi korban kekerasan dibandingkan dengan orang yang normal. Sebagai contoh yang diceritakan di novel, tidaklah semua rumah sakit jiwa mampu menjaga dan merawat pasien skizofrenia dengan baik. Malahan banyak dari rumah sakit itu yang justru mengancam keamanan jiwa sang pasien. Ken Steele sering mendapatkan perlakuan buruk di rumah salit tempat di mana ia dirawat. Ketika dia mengalami “kekambuhan” atau sedang dalam tekanan yang kuat, tiada satupun orang yang menolongnya, bahkan dokter sekalipun. Ia hanya diberikan obat-obat penenang yang malah merusak kerja organ tubuhnya kemudian ia dikurung di ruang pengasingan. Ia juga sering mendapatkan perlakuan pelecehan seksual yang dilakukan oleh para penjaga yang ada di rumah sakit trsebut. Kawanan penjaga itu mengikat tangan Steele di punggung, menutup matanya, dan membawanya ke kamar mandi. Petugas itu memegangi Steele dengan sangat kuat sementara tangan-tangan mereka menggerayangi seluruh tubuh Steele. Kemudian mereka bergantian menindihnya. Tidak hanya Ken Steele yang mendapatkan perlakuan seperti ini, tetapi juga teman-temannya.
Betapa tidak hal ini memberikan tekanan terhadap Ken Steele, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara kejiwaan yang tentunya lebih sulit untuk disembuhkan, apalagi bagi seoarang penderita skizofrenia yang sangat membutuhkan lingkungan psikologis yang kondusif guna membantu mangatasi masalahnya. Bagaiman penderita ini akan sembuh jika ia terus-terusan mendapat tekanan jiwa.
Islam sangat mengutuk perbuatan seperti itu karena sangat berdampak buruk bagi orang yang melakukannya ataupun bagi orang yang terkena perlakuan. Perbuatan itu sama saja dengan berbuat zalim terhadap diri sendiri dan orang lain. Sedangkan Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim sebagaimana firman-Nya:
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al_Qasas:50).
Secara umum dapat dikatakan bahwa gangguan kejiwaan (mental) dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti yang telah diketahui seperti hereditas, kerusakan pada daerah otak, dsb. Sedangkan faktor eksternal yaitu pengaruh yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar sang penderita.
Manusia yang lahir ke muka bumi pada dasarnya membawa potensi fitrah (suci). Nuraninya senantiasa menyeru kepada kebaikan. Gangguan jiwa (mental) seseorang akan sangat terlihat pada sikap dan perilakunya yang telah tertanam sejak ia dilahirkan ke muka bumi. Penyimpangan dan pelanggaran yang disebabkan karena factor eksternal adalah lebih banyak terfokus pada bagaimana system pendidikan yang telah diberikan kepada seseorang mulai dari ia berusia 0 tahun bahka sejak dalam kandungan hingga ia dewasa.
Telah diketahui sedikit banyaknya tentang skizofrenia. Gejala-gejalanya dan juga hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit itu hadir. Lalu bagaiman dengan proses penyembuhannya? Kebanyakan orang mengatakan bahwa penderita penyakit ini tidak akan bisa untuk disembuhkan. Sebernarnya penyakit ini masih bisa disembuhkan. Penanganan gangguan skizofrenia pada umumnya meliputi suatu usaha yang bersifat komprehensif yang melibatkan pendekatan biologis (medis), psikologis, dan sosiokultural.
Secara biologis usaha-usahanya dimulai dari pemberian obat-obatan sampai dengan bedah otak untuk menghambat perkembangan sampai menghilangkan bagian otakyang menyebabkan halusinasi dan delusi. Contoh obat-obatan antipsikotik yang popular digunakan yaitu seperti klozapin, thioridazin, risperidon,dll.
Secara psikologis, penanganan penderita skizofrenia dinilai bermanfaat karena dapat meningkatkan keterampilan social dan mengurangi isolasi dan imobilitas. Jenis penanganan dalam psikologis ini meliputi:
1. intervensi kognitif, mengenalkan demoralisasi sikap-sikap yang mereka miliki dalam menghadapi penyakitnya dan kemudianmengubah sikap itu sehingga penderita mencari bantuan jika memerlukannya dan berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat sepanjang yanga dapat mereka lakukan
2. intervensi kepribadian, mengajarkan suatu keterampilan, termasuk berinisiasi da memelihara hubungan denagn orang-orang, meminta pertolingan kepada dokter, dan tetap melanjutkan suatuaktifitas seperti memasak atau bersih-bersih
3. intervensi sosial, meningkatkan kontak antara orang-orang skizofrenia dengan orang-orang suportif, sering melalui pembelajaran berkelompok.
Salah satu pendekatan yang juga paling penting dirasakan adalah terapi keluarga. Para anggota keluarga perlu berelasi satu sama lain untuk dapat memenuhi kebutuhan emosional mereka masing-masing. Penyimpanagan komunikasi dari taraf yang tinggi dan ekspresi emosi dalam keluarga dengan orang skizofrenia, secara substansial dapat meningkatkan risiko kekambuhan. Mengingat bahwa holding environment (ruang atau lingkunag psikologia yang aman) sangat diperlukan bagi pasien skizofrenia untuk dapat merasa sejahtera, maka penting bagi keluarga untuk mengupayakan holding environment tersebut dengan memecahkan atau mengurangi konflik yang ada di keluarga. Rasulullah saw mengisyaratkan pentingnya pengaruh keluarga terhadap anak.
Setiap anak adalah dilahirkan dalam keadaan suci, kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia yahudi, nasrani, majusi.
(HR, Bukhari dari Abu Hurairah).
Bila diperlukan, keluarga juga dapat mencari bantuan professional dari pihak-pihakyamg terkait seperti psikiater, psikolog, dan pakar kerohanian.
Telah disinggung beberapa cara yang ditempuh untuk dapat menyembuhkan penyakit ini. Namun, hal ini masih sebatas penyembuhan secara lahiriah. Dalam islam, penyembuhan atau pengembangan itu tidak hanya sebatas lahiriah saja tetapi juga meliputi penyembuhan rohani. Merealisasikan keseimbangan antara jiwa dan raga merupakan syarat mutlak untuk menjadi pribadi normal yang dapat menikmati kesehatan jiwa. Manusia normal adalah seseorang yang memiliki jiwa yang tenang yaitu jiwa yang menitikberatkan pada aspek kesehatan dan kekuatan badan, memenuhi kebutuhan dasar dengan cara yang halal, memenuhi kebutuhan spiritual dengan berpegang teguh pada aqidah tauhid, mendekatkan diri kepada Allah swt dengan menjalankan ibadah dan beramal shaleh.
Pribadi normal dapat dilihat pada kepribadian Rasulullah saw yang talah menyeimbangkan aspek material dan spiritual. Beliau memenuhi kebutuhan jasmaninya sesuai dengan batas yang telah ditentukan begitu juga dengan kebutuhan spiritualnya, beliau melakukannya dengan penuh keikhlasan. Oleh karena itu tidak hal yang aneh jika pribadi Rasulullah saw merupakan cerminan pribadi yang sempurna. Seluruh akhlaknya merupakan cerminan dari Alquran. Allah swt telah menggambarkan sosoknya dalam sebuah ayat:
. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. ( Al-Qalam:4)
Dalam mendidik manusia, islam menempuh metode pendidikan yang bertujuan merealisasikan keseimbanga pribadi manusia antara material dan spiritualnya, karena itu, manusia diharapkan memiliki pribadi yang normal sehingga dapat menikmati kesehatan jiwanya. Berikut beberapa metode psikoterapi islam dalam upaya menyeimbangakan kepribadian manusia:
Psikoterapi melalui iman, beriman kepada Allah swt dan mendekatkan diri kepada-Nya melalui berbagai macam aktivitas ibadah, bersikap pasarah, dan berpegang teguh pada nilai takwa demi mendapat keridhaan-Nya, dapat menciptakan kekuatan spiritual manusia dan membebaskannya dari pengaruh buruk uang dapat melemahkan aktivitas jiwa dan raganya. Sesuai sabda Rasul:
Demi tuhan, seandainya kalian selalu bersamaku dan selalu berzikir, maka niscaya para malaikat selalu menyapa kalian di tempat tidur dan perjalanan kalian. Bahkan ketahuilah wahai Handzalah, hal tersebut dapat terjadi setiap jam hingga tiga kali (sehari).
(HR. Muslim dan Tirmidzi)
Barangsiapa ridho menjadikan Allah swt sebagai Tuhannya, islam sebagai agamanya dan Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasulnya, maka surga baginya merupakan keniscayaan.
psikoterapi melalui Shalat, shalat mempunyai pengaruh yang sangt efektif untuk mengobati rasa sedih dan gundah yang menghimpit manusia. Ketika manusia melakukan shalat dengan khusuk dan ikhas, maka jiwanya akan merasa tenang dan tentram.
. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',. ( Al-Baqarah:45)
Abu hurairah berkata bahwa dia pernah mengadu sakit perut, kemudian rasulullah saw berkata:
“Isyikamat dard? Aku menjawab: “ iya wahai Rasulullah saw. Lalu Rasulullah saw berkata: “ berdirilah dan tunaikan shalat, sesungguhnya shalat itu merupakan obat
Psikoterapi melalui puasa, banyak sekali manfaat yang dapat kita rasakan dari ibadah puasa, diantaranya ialah menguatkan dan menumbuhkan kemampuan jiwa manusia dalam mengendalikan hawa nafsunya.
Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, ( Al-Baqarah: 183)
Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan menyambut dengan suka cita, maka akan diampuni semua dosanya yangtelah lewat.
(HR. Syaikhan, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
Psikoterapi melalui zikir, beribadah kepada Allah swt secara terus-menerus, berzikir, dan meminta ampunan-Nya, dapt mendekatkan seseorang dengan Tuhannya. Ia selalu merasa berada dalm lindungan-Nya, membangkitkan perasaan puas dan lapang dada, serta melahirkan ketenangan dan kedamaian dalm jiwanya.
Allah berfirman:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Diriwayatkan dari Abu Hrairah RA dan Abu sa’id RA, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
Tidaklah suatu kelompok yang duduk berzikir melainkan mereka akan dikelilingi oleh malaikat. Mereka mendapat limpahan rahmat dan mencapai ketenangan. Dan Allah swt akan mengingat mereka dari seseorang yang diterima di sisi-Nya.
(HR. Muslim dan Tirmidzi).
Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan, dapatlah disimpulakan bahwa skizofrenia bukanlah penyakit seperti apa yang pernah kita bayangkan selama ini. Penyakit ini dapat disembuhkan dan dicegah, tentunya dengan membenahi faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini.
Segala bentuk pengobatan dan psikoterapi jug dapat dilakuan unutuk mengeluarkan seseorang dari belenggu skizofrenia. Namun, hal ini tidaklah dapat trealisasikan tanpa adanya kerja keras dari pihak-pihak yang bersangkutan terutama semangat dan usaha dari penderita itu sendiri. Sebagaimana Allah swt telah mengingatkan kita dalam firmannya bahwa sesuatu yang kita inginkan atau yang kita harapkan tidaklah akan terwujud jika kita tidak mau berusaha dengan optimal. Tentunya usaha ini tidaklupa diiringi dengan doa.
. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Arra’du:11)
REFERENSI
Mujib, Abdul. 2006. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Najati, Muhammad ‘utsman. 2004. Psikologi dalam Perspektof Hadist. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.
Rifa’I, Moh. 1980. 300 Hadist Bekal da’wah dan Pembina Pribadi Muslim. Semarang: Wicaksana
Arif, Iman Setiadi. 2006. Skizofrenia (memahami dinamika keluarga pasien).Bandung: Refika Aditama.
Wiramihardja, Sutardjo. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama.
Rasjid, sukiman. 2002. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Najati, Muhammad Utsman. 2005. Alquran dan Psikologi. Jakarta: Aras Pustaka.
Adz-Dzaki, M. Hamdani Bakran. 2002. Konseling dan Psikoterapi Islam Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Al-Mundziri, Imam. 2001. Ringkasan Shahih Muslim Jilid 1 dan 2. Jakarta: Pustaka Amani.
[1] Prof. Dr. sutardjo A. Wiramihardja, Psi, Pengantar Psikologi Abnormal, (Bandung, Refika Aditama, 2005) hal. 41-42
[2] Dr. H. Abdul Mujib, M. Ag, Kepribadian dalam Psikologi Islam,( Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2006) hal. 374
[3] DR. Muhammad ‘Utsman Najati, Psikilogi dalam Perspektif Hadist,( Jakarta, Pustaka Al Husna Baru, 2004) hal.90
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Wah.. itu Tugas ya?? Hehehe..
baGus.. (ga baca semua seh..), oya lebih bagus lagi kalo warna tulisannya disesuaikan biar mudah terbaca...
sukses SeLalu ;)
Posting Komentar