24 Mei Aq beku...
25 Mei Aq retak...
26 Mei Aq meledak...
dan seterusnya Aq...
Kamis, Mei 28, 2009
Kamis, Mei 14, 2009
Sabtu, Januari 17, 2009
Senandungku Untuk Palestina
Saudaraku, dengarkanlah senandungku ini,
Senandung dari lubuk hatiku yang paling dalam,
Senandung hatiku yang melihat rudal-rudal raksasa menghantam kedamaian negeri tercintamu,
Memporak-porandakan tempat berlindungmu hingga tiada satupun tempat aman bagimu,
Saudaraku, dengarkanlah senandungku ini,
Senandung hatiku yang mendengar jeritan-jeritan adik-adikku yang kehilangan ibunya,
Senandung hatiku yang merasakan kepiluan ibu-ibuku yang melihat anaknya tak bernyawa,
Senandung hatiku yang tidak bisa lagi ku ungkapan kata-kata,
Saudaraku, dengarkanlah senandungku ini,
Senandung hatiku yang hanya bisa menugcapkan bait-bait doa dalam tiap munajatku,
Yakinlah Tuhan Menyaksikan segalanya,
Tuhan Mendengar setiap doa yang telantun dari hamba-hamba-Nya
Saudaraku,
Yakinlah Tuhan akan Selalu bersamamu,,,
Senandung dari lubuk hatiku yang paling dalam,
Senandung hatiku yang melihat rudal-rudal raksasa menghantam kedamaian negeri tercintamu,
Memporak-porandakan tempat berlindungmu hingga tiada satupun tempat aman bagimu,
Saudaraku, dengarkanlah senandungku ini,
Senandung hatiku yang mendengar jeritan-jeritan adik-adikku yang kehilangan ibunya,
Senandung hatiku yang merasakan kepiluan ibu-ibuku yang melihat anaknya tak bernyawa,
Senandung hatiku yang tidak bisa lagi ku ungkapan kata-kata,
Saudaraku, dengarkanlah senandungku ini,
Senandung hatiku yang hanya bisa menugcapkan bait-bait doa dalam tiap munajatku,
Yakinlah Tuhan Menyaksikan segalanya,
Tuhan Mendengar setiap doa yang telantun dari hamba-hamba-Nya
Saudaraku,
Yakinlah Tuhan akan Selalu bersamamu,,,
BANGKITKAN SEMANGAT BERKORBAN DENGAN AL-WADUD
Maha Mencitai, itulah kandungan di balik sifat Allah swt yang ternama dengan Alwadud. Sifat Allah ini ternyata telah dianugarahkan-Nya kepada manusia menjadi sebuah potensi, yaitu potensi untuk mencintai ciptaan-Nya, mencintai sesama manusia. Sedang cinta menjadi dasar bagi sebuah pengorbanan. Dengan kata lain pengorbanan hadir karena adanya cinta.
Pengorbanan merupakan hal yang mutlak harus ada ketika kita ingin mencapai sesuatu. Dengan berkorban, segala sesuatunya dapat menjadi lebih baik dan lebih indah. Mustahil tanpa pengorbanan kita memperoleh apa yang kita cita-citakan, bahkan nyamuk sekalipun harus mengorbankan nyawanya untuk memperoleh setitik darah. Pengorbanan tidak akan menimbulkan kerugian, tapi malah justru sebaliknya, pengorbanan adalah sebuah investasi dalam meraih keberuntungan.
Sungguh sangat disayangkan jika kita yang telah diberi potensi oleh Allah swt untuk dapat saling mencintai sesamanya, tidak mengaktualkan potensi itu ke dalam kehidupan kita. Bahkan malah memendamnya dan menggantikannya dengan kebencian, permusuhan, ketidakpedulian, dan dengan berlebihan mencintai dirinya sendiri tanpa menghiraukan saudara-saudaranya yang tengah membutuhkan bantuannya sehingga tidak sedikitpun rasa ingin berkorban terbesit dalam hatinya. Na’uzubillah....
Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya untuk saling bersatu, menyayangi dan mencintai, bahkan Rasulullah saw mengatakan bahwa seseorang tidak akan diakui beriman jika dia tidak mencintai sesamanya. Sebagaimana yang tertuang dalam hadist riwayat Turmudzi, ”Demi zat yang diriku dalam tangan-Nya, kalian tidak masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai..”
Alkisah ketika Rasulullah saw tidur di rumah sahabatnya, Abu Ayyub Al-Anshari. Pada saat itu Rasulullah saw dan istrinya tidur di lantai bawah dan Abuu ayyub bersama istrinya tidur di lantai atas. Seketika itu juga Abu Ayyub menyadari bahwa posisinya berada di atas kamar Rasulullah saw. Sepanjang malam, ia membekukkan tubuhnya laksana sebatang kayu. Karena rumahnya terbuat dari tanah, ia khawatir jika menggerakkan tubuhnya maka akan menimbulkan debu yang bisa mengenai wajah Rasululah saw. Esok harinya Abu Ayyub menceritakan itu kepada Rasulullah. Rasulullah saw sungguh terharu menyaksikan ketulusan sikap sahabatnya itu, yang mengutamakan kepentingan saudaranya daripada dirinya sendiri.
Betapa indahnya jika masing-masing kita mempunyai sikap seperti Abu Ayyub yang mau mengorbankan kenikmatan tidurnya demi menjaga saudaranya agar tidak tekena debu. Seandainya bertebaran ”Abu Ayyub-Abu Ayyub lain di dunia ini, tentunya tidak akan lagi ada kemiskinan, tidak akan lagi ada kemelaratan, tidak akan lagi ada pengangguran, tidak akan lagi ada tindak kekerasan, yang tinggal hanyalah keadilan, kebahagiaan, dan kesejahteraan, dan indahnya saling mengasihi dalam kebersamaan.
Pengorbananlah yang sangat kita butuhkan di saat sekarang ini. Bayangkan saja jika tidak ada satu pun manusia ini yang mau sedikit mengorbankan dirinya untuk kepentingan saudaranya. Tidak menutup kemingkinan akan terjadi perperangan perebutan kekuasaan dan kepentingan yang akhirnya juga akan menyengsarakan diri kita sendiri.
Karena Allah swt telah memberikan sifat-Nya, Al-Wadud, kepada manusia sebagai sebuah potensi yang perlu diaktualisasikan ke dalam kehidupan nyata, marilah kita, sebagai umat manusia yang masih mempunyai nurani, kita bangkitkan semangat berkorban dengan menghayati dan menginternalisasikan sifat Agung-Nya, Al- Wadud, ke dalam diri kita agar rasa cinta kepada sesama bersemi di manapun kita berpijak di bumi ini dan kapanpun waktu akan memperdengarkan detaknya. Dengan Cinta Allah swt kita hadir kedunia ini maka sebarkanlah cinta itu agar semangat berkorbanpun akan lahir dari diri-diri yang tercipta atas Cinta-Nya.
Pengorbanan merupakan hal yang mutlak harus ada ketika kita ingin mencapai sesuatu. Dengan berkorban, segala sesuatunya dapat menjadi lebih baik dan lebih indah. Mustahil tanpa pengorbanan kita memperoleh apa yang kita cita-citakan, bahkan nyamuk sekalipun harus mengorbankan nyawanya untuk memperoleh setitik darah. Pengorbanan tidak akan menimbulkan kerugian, tapi malah justru sebaliknya, pengorbanan adalah sebuah investasi dalam meraih keberuntungan.
Sungguh sangat disayangkan jika kita yang telah diberi potensi oleh Allah swt untuk dapat saling mencintai sesamanya, tidak mengaktualkan potensi itu ke dalam kehidupan kita. Bahkan malah memendamnya dan menggantikannya dengan kebencian, permusuhan, ketidakpedulian, dan dengan berlebihan mencintai dirinya sendiri tanpa menghiraukan saudara-saudaranya yang tengah membutuhkan bantuannya sehingga tidak sedikitpun rasa ingin berkorban terbesit dalam hatinya. Na’uzubillah....
Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya untuk saling bersatu, menyayangi dan mencintai, bahkan Rasulullah saw mengatakan bahwa seseorang tidak akan diakui beriman jika dia tidak mencintai sesamanya. Sebagaimana yang tertuang dalam hadist riwayat Turmudzi, ”Demi zat yang diriku dalam tangan-Nya, kalian tidak masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai..”
Alkisah ketika Rasulullah saw tidur di rumah sahabatnya, Abu Ayyub Al-Anshari. Pada saat itu Rasulullah saw dan istrinya tidur di lantai bawah dan Abuu ayyub bersama istrinya tidur di lantai atas. Seketika itu juga Abu Ayyub menyadari bahwa posisinya berada di atas kamar Rasulullah saw. Sepanjang malam, ia membekukkan tubuhnya laksana sebatang kayu. Karena rumahnya terbuat dari tanah, ia khawatir jika menggerakkan tubuhnya maka akan menimbulkan debu yang bisa mengenai wajah Rasululah saw. Esok harinya Abu Ayyub menceritakan itu kepada Rasulullah. Rasulullah saw sungguh terharu menyaksikan ketulusan sikap sahabatnya itu, yang mengutamakan kepentingan saudaranya daripada dirinya sendiri.
Betapa indahnya jika masing-masing kita mempunyai sikap seperti Abu Ayyub yang mau mengorbankan kenikmatan tidurnya demi menjaga saudaranya agar tidak tekena debu. Seandainya bertebaran ”Abu Ayyub-Abu Ayyub lain di dunia ini, tentunya tidak akan lagi ada kemiskinan, tidak akan lagi ada kemelaratan, tidak akan lagi ada pengangguran, tidak akan lagi ada tindak kekerasan, yang tinggal hanyalah keadilan, kebahagiaan, dan kesejahteraan, dan indahnya saling mengasihi dalam kebersamaan.
Pengorbananlah yang sangat kita butuhkan di saat sekarang ini. Bayangkan saja jika tidak ada satu pun manusia ini yang mau sedikit mengorbankan dirinya untuk kepentingan saudaranya. Tidak menutup kemingkinan akan terjadi perperangan perebutan kekuasaan dan kepentingan yang akhirnya juga akan menyengsarakan diri kita sendiri.
Karena Allah swt telah memberikan sifat-Nya, Al-Wadud, kepada manusia sebagai sebuah potensi yang perlu diaktualisasikan ke dalam kehidupan nyata, marilah kita, sebagai umat manusia yang masih mempunyai nurani, kita bangkitkan semangat berkorban dengan menghayati dan menginternalisasikan sifat Agung-Nya, Al- Wadud, ke dalam diri kita agar rasa cinta kepada sesama bersemi di manapun kita berpijak di bumi ini dan kapanpun waktu akan memperdengarkan detaknya. Dengan Cinta Allah swt kita hadir kedunia ini maka sebarkanlah cinta itu agar semangat berkorbanpun akan lahir dari diri-diri yang tercipta atas Cinta-Nya.
Langganan:
Postingan (Atom)